Pada hari jumat kemarin, saya sangat tertarik mendengar khutbah
jumat yang disampaikan oleh seorang guru besar. Materi khutbah sangat
sederhana, tapi dia sangat lihai mengkorelasikannya dengan konteks kekinian.
Kita mungkin rata-rata menghafal surat alhumazah yang
merupakan salah satu surat pendek yang hampir anak-anak kecil muslim mampu menghafalnya.
Itulah yang membuat saya sangat menikmati khutbah tersebut, hal sederhana, yang
sudah di luar kepala, namun begitu jarang tersentuh perenungan-perenungan. dan
khotib tersebut mengajak untuk mencoba mengkaji ayat-ayat Tuhan yang kita hafal
dengan berpikir sedikit lebih dalam. Baiklah, akan saya jelaskan isi singkat
khotbah tersebut.
Dalam surat yang saya sebutkan di atas, Celakalah bagi pengumpat
dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Mereka mengira
bahwa hal tersebut akan mengekalkannya. Tidak sekali-kali demikian,
sesungguhnya dia akan dilempar ke neraka.
Dalam uraiannya, khotib mengumpamakan bahwa karakter orang yang
disebutkan dalam ayat ini adalah karakter orang-orang barat yang sifatnya
protektif dan takut sedikit. Artinya, hal-hal yang menurutnya penting untuk
dilakukan di masa depan harus segera dipersiapkan dan memiliki kesediaan yang cukup.
Hal tersebut tak jarang dilakukan dan harus didapatkan meskipun melalui
kecurangan dan kelicikan.
Mirisnya, mentalitas seperti ini juga banyak dan sering ditiru oleh
umat islam, yang sebenarnya telah memiliki peradaban yang lebih baik dari
orang-orang barat. Inilah yang kemudian konflik-konflik sosial mengikuti di
belakangannya. Contoh kasus akan mentalitas takut sedikit ini adalah dalam
kasus BBM, ketika mengetahui BBM langka, maka setiap pemilik kendaraan, melihat
tangkinya berkurang sedikit, langsung isi sampai penuh (hal yang tidak
dilakukan ketika BBM normal). Inilah mentalitas takut sedikit.
Sesungguhnya itulah yang selalu membuat kita “ramai” tatkala ada
beberapa isu yang mencakup kesejahteraan masyarakat bergulir, masyarakat
senantiasa cepat terprovokasi. Sekali lagi karena mentalitas takut sedikit.
Padahal Allah sudah menegaskan dalam al-Quran dengan firmannya, walal
akhirotu khoirul laka minal ula. “Sesungguhnya kehidupan akherat itu lebih
baik dari pada kehidupan dunia.” Fenomena di atas menunjukkan bahwa umat islam
mulai lupa dengan ajaran kitab suci mereka. Namun demikian, bukan berarti ayat
ini mengajak untuk meninggalkan dunia.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman, Sesungguhnya kami akan
mengujimu dengan sesuatu kekurangan, berupa kekurangan harta, jiwa, buah-buahan...
Inilah kepastian Allah bahwa manusia akan mendapatkan ujianya,
dalam ayat ini Allah menggunakan dua taukid, lam taukid dan nun
taukid. Berarti di sana ada penekanan yang sungguh-sungguh. Maka dengan
demikian, kekurangan-kekurangan itu adalah niscaya dalam hidup.
Bagaimana menghilangkan mentalitas takut kekurangan?
Pada akhir khotbahnya, ada dua cara yang ditawarkan khotib
tersebut, pertama kompetensi, yang kedua, kompetisi. Artinya
seseorang harus memaksimalkan kompetensi yang mereka miliki dan tidak takut
bersaing dengan orang lain. Jadi memaksimalkan potensi diri harus dilakukan
untuk melawan kekuranga-kekurangan yang merupakan hal yang selalu ada dalam
hidup. Kenyataan bahwa hidup itu juga penuh dengan kompetisi, maka seseorang
juga harus berani bersaing. Walllahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar