Ahok
menjadi fenomena yang menggemparkan media masa saat ini. Karakter kepemimpinannya
yang unik membuat namanya dielukan banyak orang baik di daerah Jakarta secara
khusus maupun di luarnya. Dia dikenal sebagai pemimpin yang tegas, konsisten,
dan anti kemunafikan (korupsi). Namun di saat yang sama, Ahok juga dihadapkan
dengan manuver beberapa partai politik ataupun komunitas yang ingin
mengkriminalisasi dan menjegalnya menuju Jakarta satu pada tahun depan. Itu
adalah konsekuensi ketika melakukan tindakan yang menentang berbagai
kepentingan lawan. Dia dinilai membuat lawan politiknya kebakaran jenggot dan
membuat lahan korupsi anggota dewan di Jakarta menyempit.
Di
tengah keputusanuntuk mencalonkan dirinya kembali sebagai gubernur, berbagai
isu pun digulirkan, tentang masalah rumah sakit Sumber Waras, reklamasi teluk
dan berbagai isu lainnya. Berbagai isu tersebut mencoba menjerat langkah sang
gubernur. Namun mungkin teramat sulit untuk menggoyahkan Ahok. Wajah polos dan
tegasnya seperti kejujuran yang sangat mudah dipahami. Rakyat pasti akan
mendukung dirinya atas nama kecintaan pada pemimpin. Masyarakattentu telah
belajar banyak dari para pemimpin mereka yang dusta. Yaitu para pemimpin yang
menjanjikan kebaikan tetapi justru melakukan kejahatan, mereka yang menjanjikan
kesejahteraan tapi justru hanya melahirkan kemelaratan.
Rakyat
sudah teramat lumrah dengan pemimpin yang meskipun bertopi dan berdasi,
ujung-ujungnya melakukan korupsi. Juga sudah terbiasa dipermainkan calon-calonpemimpin
yang menjual agama dalam berkampanye padahal hanya untuk kepentingan politik
semata. Iya, kita sudah kenyang. Bangsa ini butuh pemimpin yang tulus dan apa
adanya,bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan. Sebagaimana Austin,
dibutuhkan kata yang selaras dengan tindakan.
Dalam
keadaan seperti itu, Ahokadalah sosok yang memberikan harapan. Dia datang
dengan kepolosan, ketegasan dan konsistensi pada ucapan. Itulah kenapa Ahok
seperti memiliki jutaan kaki. Dia setara dengan partai-partai. Kekuatan di
balik independensi Ahok setara dengan koalisi-koalisi. Masyarakat mungkin telah
jatuh cinta dan sungguh-sungguh untuk mendukungnya.
Momentum
briliannya Ahok memimpin Jakarta semakin tercium ketika satu demi satu kasus
korupsi orang-orang yang kontra dengannya mengelupas. DPRD Jakarta misalnya,
yang sejak awal kepemimpinan Ahok sering kali terlibat perseteruan dengan sang
gubernur, kini masyarakat melihat bagaimana busuknya orang-orang yang duduk di
kursi dewan itu. Juga beberapa tokoh lainnya yang awalnya melancarkan serangan
kepada Ahok, sekarang lebih banyak diam karena melihat realita.
Ahok
kemudian menjadi kekuatan yang sangat besar. Eksistensinya diperhitungkan untuk
mengalahkan berbagai calon gubernur lain dari partai politik. Sekilas Ahok
mungkin terlalu berani dengan mencalonkan diri secara independen (hal yang
membuat berbagai kalangan begitu reaktif menyerangnya). Disamping membutuhkan
lebih banyak kartu tanda penduduk, hal tersebut tentu saja tidak mudah dalam
melawan kekuatan partai politik. Namun demikian jika kita mengukur secara
substansial kekuatan antara Ahok dan partai politik atau bahkan aliansi partai
politik, kekuatan Ahokbisa jadi lebih besar. Jika partai politik mendapatkan
dukungan dari masyarakat yang berafiliasi dengan partai mereka secara khusus,
maka Ahok tidak mengikat dukungan pada afiliasi kelompok tertentu. Dukungannya
berasal dari masyarakat secara umum. Mereka mendukung dengan kerelaan bukan
dengan ekspektasi dan uang.
Ujung
terowongan dari independensi Ahok adalah elektabilitasnya
yang permanen. Artinya ketika masyarakat telah melihat sosok Ahok sebagai sosok
yang mewakili hasrat dan keinginan mereka, maka mereka telah menyerahkan
seluruh kepercayaan mereka kepada Ahok. Ini bisa dilihat dari berbagai
pembelaan yang dilakukan masyarakat di media massa ataupun di dunia nyata
terhadapAhok. Adanya dukungan KTP dari rakyat Jakarta yang di luar negeri
menjadi salah satu buktinya.
Dengan
data tersebut, Ahok seperti kekuatan berbagai aliansi partai politik.
Independensinya setara dengan komunitas-komunitas partai politik. Namun
demikian, kita masih belum tau jalan politik kedepannya. Sebagaimana biasa,
Politik selalu menghendaki jalurnya sendiri. Meskipun masyarakat saat ini sudah
menemukan momentumnya untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan kehendak nurani
mereka, tetapi politik masih lebih digdaya untuk menentukan jalur. Berbagai
wacana kriminalisasi Ahok menjadi salah satu proses politik yang sangat nyata
untuk menentukan nasib gubernur itu melanjutkan roda kepemimpinannya.
Sisa-sisa
dari permainan politik nantinya, hanya tentang suatu kesimpulan kecil yang mana
demokrasi menjadi kambing hitam yang utama. Bagaimanapun nasib Ahok dalam
pusaran berbagai kepentingan, yang jelas mata rakyat telah dibuka untuk melihat
mana pemimpin mereka yang sungguh-sungguh berjuang dan mana yang hanya
menginginkan jabatan dan uang.
0 komentar:
Posting Komentar